Rabu, 07 April 2010

Selamatkan Sawah Kita...!!!


Saat ini, hampir setiap kota di Indonesia, termasuk Kota Probolinggo, menghadapi permasalahan sampah yang cukup pelik seperti pencemaran lingkungan akibat pembakaran dan penumpukan sampah yang tidak terkendali, pembuangan sampah ke sungai sehingga berakibat banjir, sulitnya mencari lahan pembuangan sampah dan sebagainya. Pada waktu yang bersamaan, saat ini lahan-lahan pertanian di pinggiran Kota Probolinggo sangat membutuhkan pupuk organik untuk memperbaiki kesuburan tanahnya yang semakin berkurang karena penggunaan pupuk kimia yang tidak seimbang. ARWC adalah sistem fermentasi sampah organik yang dilakukan secara aerobik dengan cara ditumpuk memanjang (windrow) dan digulirkan (revolver) secara reguler sehingga berubah menjadi materi relatif stabil berupa pupuk organik kompos dalam waktu yang dipercepat (accelerated) dengan bantuan mikroba aerobik alami (native microbe). Melalui penerapan teknologi ARWC, sampah kota yang sebagian besar komposisinya (70%) adalah sampah organik fermentasi secara biologis menjadi pupuk organik yang bermutu tinggi, yakni bebas dari bibit gulma, higinis (bebas bakteri patogen) dan mengandung unsur hara yang tinggi.
ARWC merupakan teknologi pengomposan yang telah dikembangkan oleh Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, yang kegiatannya didanai oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi (Program Difusi Teknologi Bidang Ketahanan Pangan ) yang dikerjakan mulai Februari 2008 lalu. "Sebelumnya, tanah-tanah persawahan di Probolinggo mengalami pengerasan karena penggunaan pupuk kimia. Adanya kompos hasil penerapan teknologi ARCW akhirnya dapat memenuhi kebutuhan pupuk organik yang berkualitas. Selain harganya yang murah dan kompos tersebut mudah didapat karena dibuat sendiri di daerahnya. Dengan teknologi ARWC, permasalahan sampah di kota dan permasalahan penyediaan pupuk organik yang berkualitas di daerah pertanian padi diharapkan dapat terbantu. Kota menjadi bersih. Ketersedian pupuk organik terjamin, lahan persawahan padi menjadi subur, dan ketahanan pangan akan meningkat".
Sampah organik kota yang diolah tersebut berupa sisa-sisa biomassa produk pertanian yang berasal dari pertanian di desa yang dikirim ke kota, seperti sayur-mayur, palawija, buah-buahan dan sebagainya. Sampah yang telah diolah menjadi pupuk organik yang diproduksi, setelah diayak dan dikemas dapat langsung dipasarkan atau digudangkan terlebih dahulu. Sasaran pengguna utama dari pupuk yang diproduksi adalah petani padi yang merupakan sektor pertanian di Probolinggo. Peluang pemasaran produk pupuk organik saat ini semakin terbuka lebar. Hal ini antara lain dipicu oleh sulit didapatkannya dan mahalnya pupuk kimia serta kesadaran akan pentingnya pupuk organik bagi kesuburan tanah pertanian yang semakin miskin hara. Para konsumen pupuk organik kompos di Kota Probolinggo adalah para petani padi, para petani/pekebun tanaman palawija, sayur mayur, buah-buahan, tebu, jambu mete, dsb, para petambak udang/bandeng untuk plankton enrichment, para pelaksana program rehabilitasi lahan kritis dan pembibitan tanaman keras. Karakteristik teknologi ARWC adalah sederhana, mudah, murah dan ramah lingkungan sehingga gampang direplikasi dan dioperasikan di manapun tempatnya di Indonesia. Operasinya dapat dilakukan baik secara manual maupun mekanis tergantung dari situasi dan kondisinya. Prosesnya tidak berbau dan berlangsung cepat antara 4 sampai 6 minggu. Dengan perguliran yang dilakukan dapat terjamin estetika dan kemudahan prosesnya. Sedangkan produk yang dihasilkannya adalah kompos yang bermutu tinggi, yakni kompos yang bebas dari bibit gulma, higinis (bebas bakteri patogen) dan mengandung unsur hara yang tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar