Kamis, 08 April 2010

Pariwisata Kota Probolinggo



Agro Wisata: Memetik buah anggur dan mangga
Budidaya Anggur Probolinggo Kembali Bergairah Oleh Chandra HN Ichwani
Popularitas kabupaten dan kota Probolinggo, Jawa Timur, sebagai produsen mangga dan anggur, belakangan ini, tergeser oleh sejumlah daerah lain, seperti Situbondo dan Pasuruan.

Itu karena, sekarang, produksi mangga dan anggur dari Probolinggo tidak sebanyak dua daerah tersebut. Namun, untuk urusan anggur merah (vitis vinifera), daerah yang berada sekitar 90 kilometer tenggara kota Surabaya ini, hingga kini belum tertandingi daerah lain.

Kediri, misalnya, sejak belasan tahun lalu juga mengembangkan anggur. Tapi yang dikembang di sana jenis anggur hijau, bukan merah. Sebagai sentra produksi anggur merah, Probolinggo yang juga dikenal dengan kawasan wisata Bromo, sempat mengalami pasang surut.

Saat krisis ekonomi menerpa Indonesia tahun 1997, banyak petani di daerah ini enggan mengembangkan anggur, karena mahalnya ongkos produksi. Setelah krisis berlalu, kini petani Probolinggo bangkit dan mulai gencar mengembangkan anggur jenis Prabu Bestari atau anggur merah.

Kepala Dinas Pertanian Kota Probolinggo Ahmad Sutardjo MSi mengatakan, mereka berupaya mengembangkan tanaman ini, karena prihatin melihat tingginya ketergantungan akan anggur-anggur impor. Anggur merah yang digemari masyarakat, saat ini masih diimpor dari beberapa negara, seperti Thailand, Brazil, Amerika Serikat, dan Australia.

Kini jumlah tanaman anggur merah di dua daerah tersebut sekitar 11.945 pohon dengan produksi 358,35 ton per tahun. Pengembangannya terpusat di tiga kecamatan, yakni Wonoasih seluas 13,74 ha, Kademangan 8,02 ha, dan Mayangan 3,46 ha. Luas lahan pengembangan tersebut masih nisbi kecil dibandingkan dengan potensi lahan yang tersedia.

Di Kecamatan Wonoasih, luas lahan yang berpotensi bisa dikembangkan 282,27 ha dari potensi lahan hortikultura 718 ha, Kademangan 331.74 ha dari potensi lahan hortikultura 1.119 ha, dan Mayangan 474,63 ha dari potensi lahan hortikultura 952,6 ha.

Target pengembangannya, Probolinggo mampu memenuhi seperempat dari total kebutuhan nasional yang rata-rata pertahunnya 9.000 ton, sehingga ketergantungan pada impor bisa ditekan.

Ahmad Sutardjo mengatakan, berkembangnya kembali pembudidayaan anggur dimulai tahun 2002. Saat itu, petani mulai kangen ingin kembali menanam anggur, setelah lama mereka tinggalkan. Melihat petani kembali tertarik menanam anggur, Dinas Pertanian menfasilitasi dengan mengenalkan dan membagikan jenis anggur merah sebanyak 1.000 bibit pohon.

Satu tahun berlalu, anggur mulai memasuki usia panen. Petani berseri-seri, karena anggur berwarna merah tidak seperti jenis anggur sebelumnya yang berwarna hijau atau hitam.

Saat itu, produktivitas per pohon rata-rata 13-15 kg di tahun pertama dari yang seharusnya 30 kg. Nilai jual anggur rata-rata Rp13.000 per kg atau lebih murah 65 persen daripada anggur impor.

Tingginya harga membuat banyak petani tertarik. Saat ini di Kota Probolinggo ada sebanyak 60 kelompok petani anggur, dengan jumlah anggota tiap kelompok 20-30 orang.

Pada 2007, data Dinas Pertanian Kota Probolinggo menyebutkan, produksi anggur di sana sebanyak36,88 ton. Kecamatan Wonoasih 28,3 ton, Kademangan 2,75 ton, dan Mayangan 5,33 ton. Jenis anggur yang ditanam, "red prince", "belgie", "a lavalle", "caroline black rose" dan "cardinal".

Hasil sebanyak itu hanya bisa memenuhi kabutuhan lokal seperti permintaan masyarakat Lumajang, Jember, dan Pasuruan. Permintaan Surabaya dan Jakarta belum bisa dipenuhi.

Di samping pemberian bibit, Dinas Pertanian juga gencar melatih petani cara membuat minuman berupa sari anggur merah. Upaya itu dilakukan jika produksi melimpah dan harga jual rendah. Dengan begitu, mereka bisa bertahan dengan pola penjualan bentuk lain yang nilai jualnya lebih tinggi dibandingkan dalam bentuk buah segar.

Dinas itu juga menfasilitasi pembentukan Asosiasi Petani Anggur Kota Probolinggo akhir Desember 2007 untuk menjalin komunikasi dan koordinasi antar petani, sehingga mereka memiliki persekutuan yang kuat.
Asosiasi itu diharapkan memiliki nilai tawar serta mampu mengendalikan harga di pasaran.

Pada 2007, pemerintah pusat memberikan dana bantuan di tingkat petani sebesar Rp1,2 miliar. Tahun 2008, pemerintah pusat juga kembali mengalokasikan dana dengan nilai dan bentuk program yang sama.

Wisata Agro
Budi daya anggur merah kini bisa memetik hasil ganda. Bukan hanya pada pengolahan hasil pascapanen, namun juga keuntungan prapanen dengan menjadikan areal perkebunan anggur sebagai objek wisata.

Pengunjung kebun, perorangan maupun kelompok, diberi keleluasaan memetik anggur merah sesuai selera. Anggur dibayar sesuai beratnya. Bagi pengunjung, memetik sendiri buah anggur dari pohonnya menjadi pengalaman yang menyenangkan.

Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Probolinggo, Priyono MMA menuturkan, di kabupaten itu terdapat 8.920 pohon anggur merah.

Tersebar di Kecamatan Sumberasih 2.210 pohon, Leces 1.720 pohon, Wonomerto 2.520 pohon, Tongas 1.240 pohon, dan Dringu 1.230 pohon. Hingga kini, tercatat sudah sepuluh perkebunan yang memadukan kebunnya dengan wisata agrobis. Salah satunya adalah kebun milik Suyit di Desa Mranggonlawang, Dringu.

Kebun seluas satu ha itu memiliki 1.000 pohon anggur merah serta beberapa jenis anggur lain, seperti "cardinal" dua pohon, sabela delapan pohon, dan ijo arab dua pohon.

Objek agrowisata kebun anggur ini mulai banyak dikunjungi wisatawan dari Surabaya, Jakarta, Aceh bahkan beberapa wisatawan asing dari Bali yang menuju Bromo mampir di kebun anggur ini.
*ant


Pariwisata Gunung Bromo


Bromo
Dingin, begitulah yang akan Anda rasakan saat pertama kali Anda keluar dari mobil. Suhu disini mencapai 10 derajat bahkan sampai 0 derajat Celsius saat menjelang pagi. Maka, Anda hendaknya mempersiapkan pakaaian dingin, topi kupluk, sarung tangan, kaos kaki, syal untuk mengatasinya. Tapi, bila Anda melupakan perlengkapan tersebut, ada banyak penjaja keliling yang menawarkan dagangannya berupa topi, sarung tangan, atau syal.

Melihat Matahari Terbit Bromo dari Pananjakan
Pengunjung biasa mengunjungi kawasan ini sejak dini hari dengan tujuan melihat terbitnya matahari. Untuk melihatnya, Anda harus menaiki Gunung Pananjakan yang merupakan gunung tertinggi di kawasan ini. Medan yang harus dilalui untuk menuju Gunung Pananjakan merupakan medan yang berat. Untuk menuju kaki Gunung Pananjakan, Anda harus melalui daerah yang menyerupai gurun yang dapat membuat Anda tersesat. Saat harus menaiki Gunung Pananjakan, jalan yang sempit dan banyak tikungan tajam tentu membutuhkan ketrampilan menyetir yang tinggi. Untuk itu, banyak pengunjung yang memilih menyewa mobil hardtop (sejenis mobil jeep) yang dikemudikan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar berasal dari suku Tengger yang ramah dengan para pengunjung.



Sampai diatas, ada banyak toko yang menyediakan kopi atau teh hangat dan api unggun untuk menghangatkan tubuh sambil menunggu waktu tebitnya matahari. Ada pula toko yang menyewakan pakaian hangat. Menyaksikan terbitnya matahari memang merupakan peristiwa yang menarik. Buktinya, para pengunjung rela menunggu sejak pukul 5 pagi menghadap sebelah timur agar tidak kehilangan moment ini. Anda pun tidak selalu bisa melihat peristiwa ini, karena bila langit berawan, kemunculan matahari ini tidak terlihat secara jelas. Namun, saat langit cerah, Anda dapat melihat bulatan matahari yang pertama-tama hanya sekecil pentul korek api, perlahan-lahan membesar dan akhirnya membentuk bulatan utuh dan memberi penerangan sehingga kita dapat melihat pemandangan gunung-gunung yang ada di kawasan ini. Antara lain, Gunung Bromo, Gunung Batok, atau Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Kawah dan Lautan Pasir Bromo

Selesai menyaksikan matahari terbit, Anda dapat kembali menuruni Gunung Pananjakan dan menuju Gunung Bromo. Sinar matahari dapat membuat Anda melihat pemandangan sekitar. Ternyata Anda melewati lautan pasir yang luasnya mencapai 10 km². Daerah yang gersang yang dipenuhi pasir dan hanya ditumbuhi sedikit rumput-rumputan yang mengering. Tiupan angin, membuat pasir berterbangan dan dapat menyulitkan Anda bernafas.
Untuk mencapai kaki Gunung Bromo, Anda tidak dapat menggunakan kendaraan. Sebaliknya, Anda harus menyewa kuda dengan harga Rp 70.000,- atau bila Anda merasa kuat, Anda dapat memilih berjalan kaki. Tapi, patut diperhatikan bahwa berjalan kaki bukanlah hal yang mudah, karena sinar matahari yang terik, jarak yang jauh, debu yang berterbangan dapat membuat perjalanan semakin berat.
Sekarang, Anda harus menaiki anak tangga yang jumlahnya mencapai 250 anak tangga untuk dapat melihat kawah Gunung Bromo. Sesampainya di puncak Bromo yang tingginya 2.392 m dari permukaan laut, Anda dapat melihat kawah Gunung Bromo yang mengeluarkan asap. Anda juga dapat melayangkan pandangan Anda kebawah, dan terlihatlah lautan pasir dengan pura di tengah-tengahnya. Benar-benar pemandangan yang sangat langka dan luar biasa yang dapat kita nikmati.

Pariwisata: Saat menyenangkan saat pantai Bentar
Pantai Bentar memang untuk bersantai dengan pemandangan laut yang indah dan juga menamjubkan. Bagi warga Probolinggo, Pantai Bentar adalah tempat rekreasi yang murah meriah dan juga menyenangkan. Kadang-kadang pengelola Pantai Bentar mengadakan panggung hiburan yang menambah keasyikan tersendiri bagi para pengunjung. Pantai Bentar terletak di Gending, Kabupaten Probolinggo dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 20 menit.



Kalau akan pergi ke Pantai Bentar sebaiknya anda harus menyiapkan makanan atau sebagainya, apabila anda tidak membawa makanan, para penjaja makanan yang ada di Pantai Bentar dapat memanjakan lidah anda dengan berbagai masakan yang berbeda, di sana juga terdapat pasar oleh-oleh, mulai dari miniatur kapal, pernak- pernik yang terbuat dari kulit kerang yang disusun dengan elegannya, dll. Bagi anda yang pergi kesana...ini adalah kesempatan yang sangat bagus untuk anda, karena di Pantai Bentar sekarang terdapat Ikan Hiu Tutul yang berasal dari perairan Australia yang terdampar di sini, menurut pengelola Hiu tersebut dapat sampai ke Pantai Bentar adalah karena terjadi karena suhu air di perairan Australia dingin sedangkan suhu di Pantai Bentar relatif hangat, karena sebab itu Hiu Tutul ini bisa sampai di Pantai Bentar. Menurut para nelayan Hiu tersebut sudah jinak dan dapat bersahabat dengan manusia, tetapi masih saja ada pengunjung yang takut akan Hiu tutul ini, oleh sebab itu untuk membuktikan kepada para pengunjunga bahwa Hiu tutul ini jinak, ada seorang nelayan yang terjun menaiki hiu-hiu tersebut sebagai salah satu atraksi kepada pengnjung. Ini adalah foto nelayan yang menaiki hiu tutul tersebut....



Air Terjun Madakaripur: Air Terjun Sang Maha Patih
Probolinggo (beritajatim.com) - Obyek wisata yang satu ini terletak di kawasan Tengger. Persisnya di Desa Sapih, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo. Lokasinya yang berdekatan dengan Gunung Bromo, tentu saja menyuguhkan panorama alam yang luar biasa indah.

Kawasan Wisata Madakaripura, begitulah Pemerintah Kabupaten Probolinggo, menamai lokasi yang konon pernah menjadi persinggahan Patih Gajah Mada, atau Mahapatih Kerajaan Majapahit, yang terkenal dengan Sumpah Palapa-nya itu.



Ketinggian kawasan wisata Madakaripura, yang berada dikisaran 620 meter di atas permukaan air laut, tentu mempersembahkan hawa sejuk bagi setiap pengunjung. Tak hanya itu, pesona deretan Air Terjun, dengan ketinggian sekitar 200 meter dari dasar jeram, juga melengkapi panorama eksotik yang disuguhkan obyek wisata ini.

Bukan isapan jempol ketika kepenatan beritajatim.com setelah menyusuri lereng dan jalan setepak dengan posisi menanjak (+/- 45 derajat) untuk menuju Madakaripura, tiba-tiba hilang setelah menyaksikan keagungan karya Sang Pencipta ini.

Air terjun yang jatuh ke dasar jeram, mampu menyajikan hiburan alami yang sungguh luar biasa untuk dinikmati. Balutan gemuruh air yang jatuh bebas ke dasar jeram, mampu menciptakan harmoni khas dataran tinggi.

Gemuruh air terjun yang kadang berdebam dahsyat hingga menimbulkan gema dan menggetarkan relung sempit sekitar dasar jeram berdiameter tak kurang dari 25 meter itu, juga dihiasi butiran air yang lembut tersapu angin. Butiran air itu kemudian menciptakan biasan cahaya bertekstur warna warni indah bagai biang lala karena sorotan sinar surya.

Penduduk di kawasan Desa Sapih, Minggu (9/8/2009) mengatakan, Madakaripura, bukan hanya menyimpan keindahan panorama alam. Rekam jejak sejarah Kerajaan Majapahit, konon juga bisa dijumpai di kawasan itu.

Herlambang, pemuda setempat yang menemani beritajatim.com menceritakan, Madakaripura konon pernah dijadikan tempat pertapaan Patih Gajah Mada. Karenanya tak sedikit pengunjung yang kemudian mensakralkan lokasi ini.

Konon kekuatan magis yang tersimpan di balik keindahan Madakaripura, dipilih Gajah Mada sebagai tempat bertapa untuk memperoleh kesentosaan hingga ia menjadi sakti mandraguna. "Setelah menyatakan Sumpah Palapa dan berhasil mempersatukan seluruh Nusantara, Patih Gajah Mada, menghabiskan sisa hidupnya ditempat ini," urainya.

Madakaripura, lanjut Herlambang, memiliki arti "tempat tinggal terakhir". Manakala kita merindukan kebesaran jasa Gajah Mada, dan ingin menghayati kehebatannya, kita bisa datang kesana untuk menunggu munculnya bianglala. "Sukma Patih Gajah Mada, akan turun meniti tangga berwarna, bersiram air suci Tirta Sewana. Banyak orang percaya bahwa Tirta Sewana berkhasiat memberikan kesembuhan dan membuat awet muda," kata Herlambang.

Perjalanan beritajatim.com menuju Madakaripura, yang bertolak sekitar jam 07 pagi Dari Kota Probolinggo, di hari Minggu, memberikan banyak kesan menakjubkan. Jalanan terjal berbatu dan berliku, ditambah suguhan panorama perbukitan hijau dengan tumbuhan liar menjadi santapan selama perjalanan kami. Kanan kiri jalan adalah tebing-tebing curam yang berjurang dalam. Kamipun makin tertantang untuk segera mencapai Madakaripura.

Setiba dilokasi, kami "disambut" patung Maha Patih Gajah Mada sedang duduk bersila. Kedua tangannya disilangkan di dada. Nampak begitu angkuh. Tatapan matanya tajam "mengamati" setiap gerak-gerik kami yang datang bermandi peluh. Sungguh suatu "sambutan" yang lumayan "ramah" bagi kami. Disana kami juga menemukan suasana pedesaan yang tenang dan asri. Begitu hening, jauh dari hiruk pikuk keramaian.

Jadi, tunggu apa lagi. Jika liburan tiba, segera ajak keluarga anda untuk menikmati persembahan eksotik Obyek wisata air terjun itu.

Rangga Jalu : Pesonanya Wisata Air
Banyuanyar-Obyek wisata Ronggojalu yang terletak di Kecamatan Leces merupakan salah satu obyek wisata yang sangat diminati oleh masyarakat baik dari dalam maupun dari luar Probolinggo.
Pengunjung yang datang ke obyek wisata Ronggojalu ada yang sekedar berjalan – jalan,duduk – duduk, bahkan adapula yang mencoba memanfaatkannya untuk mandi.



Selain dipakai untuk obyek wisata, Ronggojalu juga sudah dapat dimanfaatkan untuk air minum oleh masyarakat.Proses pengolahan airnyapun dilakukan oleh PDAM Kabupaten Probolinggo sehingga menjadi air yang siap dikonsumsi dan aman bagi kesehatan.

Lokasi Ronggojalu sendiri lumayan jauh dari Pusat Kota Probolinggo, Ronggojalu terletak di kecamatan Leces. Nama dari Danau Ronggojalu ini berasal dari dua nama yaitu Ronggo dan Jalu, sedangkan ronggo atau biasa dipanggil Pak Ronggo adalah suami dari Bu Jalu. Banyak wisatawan lokal yang datang ke sini dan mereka rata-rata adalah keluarga yang ingin menikmati sejuknya udara dan segarnya air dari mata air di Danau ini.

TWSL(Taman Wisata Study Lingkungan): Surga Tumbuhan Dan Satwa
Anda pernah mendengar fasilitas Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL) di Probolinggo ..? Pembangunan Taman Wisata Studi Lingkungan dimaksudkan sebagai salah satu upaya penyediaan sarana wisata dan media studi tentang lingkungan bagi masyarakat Kota Probolinggo. Walaupun masih terbilang manfaat bagi masyarakat dan khususnya bagi para pelajar untuk dapat mengenal lingkungan lebih dalam. Oleh karenanya, peran serta kita dalam membantu pelestarian lingkungan sangat diperlukan sekali.
Ini adalah foto TWSL dari depan.



Tanjung Tembaga: Pelabuhan yang eksotis
Pelabuhan Tanjung Tembaga adalah pelabuhan yang bersejarah, karena dahulu pada zaman penjajahan Jepang pelabuhan ini sebagai tempat pendaratan tentara Jepang dan bongkar muat keperluan penjajahan.

Pada perkembangannya Pelabuhan Tanjung Tembaga mengalami perubahan menjadi pelabuhan ikan, bongkar muat kapal-kapal besar, pelabuhan antar pulau serta pelabuhan transit bagi kapal-kapal dari daerah lain.

Selain berfungsi seperti yang disebutkan diatas, di Pelabuhan Tanjung Tembaga ini terdapat beberapa tradisi maupun acara yang sering diselenggarakan yaitu:

Tradisi Sya’banan. Tradisi ini berasal dari masyarakat yang bertujuan untuk menyambut hadirnya bulan puasa. Biasanya pada tanggal 15 bulan Sya’ban (15 hari sebelum bulan puasa tiba) masyarakat hadir dengan membawa makanan dan bersuka cita sambil duduk-duduk di tepian pantai menikmati panorama laut yang tertimpa sinar bulan purnama. Tradisi seperti ini sudah dilakukan oleh masyarakat setiap tahun.

Petik Laut. Setiap tahunnya para nelayan yang tergabung di dalam Paguyuban Nelayan selalu mengadakan kegiatan ritual yang telah ditetapkan menjadi event tahunan oleh Pemerintah Kota Probolinggo yaitu kegiatan Petik Laut. Kegiatan ini melambangkan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya kepada seluruh umat. Selain itu kegiatan ini bertujuan untuk tetap melestarikan budaya gotong royong dan kebersamaan yang telah diwariskan secara turun-temurun dari para leluhur sehingga menjadi tradisi di daerah sepanjang pesisir pantai Kota Probolinggo.

Lomba Perahu Hias. Masyarakat pesisir secara beriringan berlomba menghias kapal atau perahu dengan bermacam-macam hiasan yang menarik. Lomba ini selalu mampu menarik minat para wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Kegiatan ini telah menjadi event tahunan dan diselenggarakan bertepatan dengan hari jadi Kota Probolinggo pada tanggal 4 September.



Dan juga yang masih belum tahu tentang berita yang tersiar di salah satu televisi swasta, bahwa Tanjung Tembaga akan dijadikan sebagai salah satu pelabuhan Internasional yang diperkirakan akan dikunjungi oleh para pedagang dan juga kapal-kapalnya dari Hongkong dan juga Jepang, suatu prestasi besar bagi Kota Probolinggo.

Alun-alun Kota Probolinggo
Alun-alun Kota Probolinggo merupakan salah satu tempat hiburan alternatif yang banyak dikunjungi oleh masyarakat. Alun-alun Kota Probolinggo terletak di tengah kota, sehingga sangat memudahkan masyarakat untuk berkunjung.
Selain lapangan, di Alun-alun Kota Probolinggo juga terdapat wahana atau taman bermain untuk anak-anak. Tidak ketinggalan juga disediakan taman bunga yang semakin menambah keindahan dan keasrian Alun-alun Kota Probolinggo. Hal inilah yang sering membuat masyarakat menjadi gemar melakukan olahraga bersama pada setiap hari Jumat dan Minggu.



Di tempat ini juga terdapat aneka jajanan bagi pengunjung yang gemar bersantai sambil menikmati jajanan khas pedagang kaki lima. Terutama di hari Minggu pada pagi hari terdapat event “Sunday Morning”, dimana pengunjung hanya akan menemui aneka jajanan yang hanya diperdagangkan pada hari itu saja. Selain itu pengunjung akan dimanjakan dengan keindahan aneka tanaman hias yang diperdagangkan dengan harga terjangkau.



Arung Jeram: Wisata agrenali
Mengunjungi bumi Probolinggo propinsi Jawa Timur saat ini ibarat menyusuri kembali perjalanan Hayam Wuruk lebih dari 500 tahun silam. Konon, menurut cerita rakyat, tak lama setelah Mahapatih Gadjah Mada dari Kerajaan Majapahit berhasil menyatukan wilayah Nusantara di tahun 1357 Masehi, Raja Hayam Wuruk adalah orang pertama yang menjadi saksi atas keindahan panorama alam Probolinggo. Lantaran kagum dan terpesona oleh keindahan panorama di sana, Hayam Wuruk sempat berlama-lama bercengkerama di tempat itu. Tempat Hayam Wuruk bercengkerama itu kemudian disebut sebagai prabu linggih, yang lambat laun mengalami perubahan lafal menjadi Probolinggo.

Sungai Pekalen, terletak 25 km dari kota Probolinggo tepatnya terbentang di antara tiga kecamatan berturut-turut yaitu kecamatan Tiris, kecamatan Maron, dan kecamatan Gading. Bantaran sungai yang bisa diarungi berjarak 29 km yang terbagi atas 3 area. Dan Songa membagi paketnya menjadi 3 bagian: Sungai Pekalen Atas berjarak 12 km, Sungai Pekalen Tengah berjarak 7 km, dan Sungai Pekalen Bawah berjarak 10 km.

Karakteristik sungai berbelok dan bertebing, panorama alam yang indah, puluhan jeram (grade 2 s/d 3+) yang exotic dan menantang, kemegahan air terjun, dan kemolekan gua-gua kelelawar, serta masih ditemuinya beberapa satwa langka seperti burung elang, burung kepodang, monyet, biawak, linsang, tupai dll menjadi daya tarik tersendiri yang dapat Anda nikmati.



Ranu Segaran
Probolinggo, kota yang terletak di kaki Gunung Semeru, Gunung Argopuro, dan Gunung Bromo serta Pegunungan Tengger ini menyimpan kekayaan panorama alam yang indah. Secara topografis bagian utara Kota Probolinggo merupakan dataran rendah, bagian tengah barupe lereng-lereng gunung dan sementara bagian selatan terdiri dari dataran tinggi.

Di Probolinggo kami akan mengajak anda mengunjungi salah satu keindahan tersembunyi yaitu Ranu Segaran yang terletak di Desa Segaran Kecamatan Tiris tepatnya. Perjalanan kami mulai dari Pajarakan titik persimpangan pertama menuju Ranu Segaran.

Untuk memasuki Kecamatan Tiris diperlukan waktu sekitar tiga puluh menit perjalanan dari Kota Probolinggo. Perjalanan dihabiskan untuk melewati jalan yang kanan kirinya dipenuhi pohon-pohon dan pemandangan rangkaian pegunungan. Walaupun sempat tersesat, namun tak menyurutkan niat kami tuk pergi menyaksiakn keindahan Ranu Segaran. Denagn bertanya kepada beberapa orang penduduk local, akhirnya kami melanjutkan perjalanan yang sempat blank tadi.

Hawa terasa mulai dingin ketika kami berada di ketinggian ± 600m dpl. Tak berapa lama kami sampai di pertigaan sebelum Koramil Tiris yang merupakan jalan masuk utama menuju Ranu Segaran. Untuk mencapai Ranu Segaran kita akan melewati Portal dan membayar tiket masuk. Dengan membayar tike seharga Rp. 2.000,- kita sudah bisa menikmati dua objek wisata sekaligus, yakni Ranu Segaran dan Wiasata Air Panas.

Pertama kami menuju Wisata Air Panas yang berada ± 200m dari Ranu Segaran. Sekitar 10 manit perjalanan kami melewati jalan kecil yang masih berupa tanah. Setelah sampai di tempat pemarkiran kendaraan kami harus berjalan kaki di antara pohon-pohon pisang melewati jalan yang mulai menurun dan terjal.

Meskipun terpampang tulisan Wisata Sumber Air Panas, kondisinya yang sangat sederhana memperlihatkan bahwa tempat wisata ini belum dikelola secara professional. Tentunya jangan membayangkan Sumber Air Panas layaknya di spa kecantikan pada umumnya. Sumber mata air ini hanya dibatasi dengan batu-batu kali yang disemen namun tak sempurna dan sengaja disusun mengitari sumber mata air agar airnya tidak barcampur dengan air dingin Sungai Pakelan.

Selama ± 30 menit kami menikmati keindahan alam di sekitar Wiasata Sumber Air Panas berada. Taki berapa lama kami beranjak menuju tempat wisata yang ke dua yaitu Ranu Segaran.

Ranu Segaran adalah salah satu danau yang terjadi akibat aktivitas vulkanik. Konon dulunya ini adalah bekas kawah namun karena sudah tidak aktif lagi dan tergenang air, akhirnya berubah menjadi danau.

Tiba di Ranu Segaran kami menjumpai sebuah danau luas yang masih alami dan boleh dikatakan masih belum tersentuh modernisasi wisata. Di sini terdapat sebuah warung yang menjual berbaga jenisi makanan bagi para pengunjung. Bagi yang suka menmancing, di sini jauga disediakan rakit-rakit yang bisa digunakan untuk mencari ikan di tengah danau.

Ranu Segaran memancarkan keindahan yang memukau. Permukaan airnya yang tanpa riak menyiratkan ketenangan yang akan membawa kita terlarut di tengah keindahan alam dan menelusupkan suatu perasaan damai.

Dua objek wisata ini merupakan potensi besar yang harus mendapatkan penanganan. Kurangnya promosi dan lambatnya pengelolaan merupakan suatu kekurangan yang harus segera dikolola secara maksimal.

Bagi pecinta traveling, tak ada salahnya jika anda mencoba menikmati keindahan Ranu Segaran yang mungkin tidak disajikan di bebagai tempat wisata lainnya.



Candi Jabung
Candi Jabung adalah Candi peninggalan dari kerajaan Majapahit yang terletak di desa Jabung Candi, kecamatan , Kabupaten Probolinggo. Berjarak hanya sekitar 5 km dari Kraksaan dan 500 meter sebelah tenggara kolam renang Jabung Tirta yang berada di pinggir jalan raya Surabaya - Situbondo.
Candi Jabung merupakan salah satu peninggalan bersejarah di Probolinggo yang terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton berada pada ketinggian 8 m dpl. Candi ini terbuat dari batu merah dengan ukuran, panjang 13,11 m, lebar 9,58 m dan tinggi 15,58 m. Sebelum dipugar areal candi ini seluas 35 x 40 m dan sekarang telah mendapat perluasan 20.042 m2.

Seperti bangunan candi umumnya Candi Jabung terdiri dari bagian subbasement, bagian kaki candi, tubuh candi dan atap candi. Ditinjau dari sudut arsitektur Candi Jabung sangat menarik, karena bagian tubuhnya berbentuk bulat (silinder) yang berdiri diatas bagian kaki candi bertingkat tiga berbentuk persegi. Sedangkan bagian atapnya berbentuk stupa.

Letak pintu bilik candi berada disebelah barat, maka Candi Jabung menghadap ke barat. Pada sisi barat masih terlihat bagian yang menjorok ke depan merupakan bekas susunan tangga naik memasuki candi. Di sebelah Barat Daya halaman candi terdapat bangunan candi. Menara sudut di perkirakan penjuru pagar, fungsinya sebagai pelengkap bangunan induk Candi Jabung. Candi Menara sudut terbuat dari bahan batu bata, bangunan candi tersebut berukuran tiap-tiap sisi 2.55 meter, tinggi 6 meter.

Arsitektur Candi Jabung sangat menarik, mempunyai komponen berupa batur, kaki, tubuh dan atap, pada bagian tubuh bentuknya bulat (silinder segi delapan ) berdiri diatas bagian kaki candi yang betingkat tiga berbentuk persegi. Sedangkan pada bagian atapnya dagoda (stupa) tetapi pada bagian puncak sudah runtuh dan atapnya berhias motif sulur-suluran.

Di dalam bidik candi terdapat lapik area, berdasarkan inskripsi pada pintu masuk candi Jabung didirikan pada tahun 1276 c (saka) = 1354 Masehi masa kebesaran kerajaan Majapahit. Menurut keagamaan, Agama Budha dalam kitab Nagara Kertagama dan Pararaton Candi Jabung di sebutkan dengan nama Bajrajinaparamitapura. Dalam kitab Nagara Kertagama candi Jabung di kunjungi oleh Raja Hayam Wuruk pada tahun 1359 Masehi pada kitab Pararaton disebut Sajabung yaitu tempat pemakaman Bhra Gundul salah seorang keluarga raja.

Di lokasi Candi Jabung anda bisa mengetahui sejarah seluk beluk Candi Jabung dari informasi yang terpampang di depan. laskan bahwa pada tahun 1978, kondisi candi tampak tak terurus, seluruh bangunan ditumbuhi pohon dan rumput liar. Baru pada tahun 1980 pemkab Probolinggo melakukan pemugaran umtuk merenovasi dan menggantikan bagian yang rusak. Baru pada tahun 1986 setelah pemugaran selesai, Candi Jabung sedah bisa dinikmati wisatawan.

Situs Candi

Situs terdiri dari dua bangunan utama yang terdiri atas satu bangunan besar dan yang satu bangunan kecil dan biasa disebut Candi Sudut. Yang menarik adalah material bangunan candi yang berupa batu bata merah berkualitas tinggi yang kemudian diukir dalam bentuk relief. Struktur bangunan candi yang hanya dari bata merah ini mampu bertahan ratusan tahun.
Wisata Seni Budaya

Andung Biru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar